Kelainan pada sistem vaskuler



BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hipertensi atau Darah Tinggi adalah keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal atau kronis (dalam waktu yang lama). Hipertensi merupakan kelainan yang sulit diketahui oleh tubuh kita sendiri. Satu-satunya cara untuk mengetahui hipertensi adalah dengan mengukur tekanan darah kita secara teratur.
Diketahui 9 dari 10 orang yang menderita hipertensi tidak dapat diidentifikasi penyebab penyakitnya. Itulah sebabnya hipertensi dijuluki pembunuh diam-diam atau silent killer. Seseorang baru merasakan dampak gawatnya hipertensi ketika telah terjadi komplikasi. Jadi baru disadari ketika telah menyebabkan gangguan organ seperti gangguan fungsi jantung, koroner, fungsi ginjal, gangguan fungsi kognitif atau stroke .Hipertensi pada dasarnya mengurangi harapan hidup para penderitanya.
Hipertensi selain mengakibatkan angka kematian yang tinggi (high case fatality rate) juga berdampak kepada mahalnya pengobatan dan perawatan yang harus ditanggung para penderita. Perlu pula diingat hipertensi berdampak pula bagi penurunan kualitas hidup.
Hipertensi sebenarnya dapat diturunkan dari orang tua kepada anaknya. Jika salah satu orang tua terkena Hipertensi, maka kecenderungan anak untuk menderita Hipertensi adalah lebih besar dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki orang tua penderita Hipertensi.
1.2 Tujuan
Tujuan kami membuat makalah ini, agar kami mengerti dan memahami tentang sistem kardiovaskuler pada dewasa
1)      Mahasiswa mampu memahami tentang sistem kardiovaskuler pada dewasa.
2)      Mahasiswa mampu mengerti tentang sistem kardiovaskuler.
3)      Mahasiswa dapat memahami tentang HIPERTENSI .
4)      Mahasiswa dapat mengimplementasikan tatalaksana dengan pasien HIPERTENSI.



BAB II
PEMBAHASAN

2.1 TEKANAN DARAH
Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang lebih tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik). Tekanan darah kurang dari 120/80 mmHg didefinisikan sebagai "normal". Pada tekanan darah tinggi, biasanya terjadi kenaikan tekanan sistolik dan diastolik. Hipertensi biasanya terjadi pada tekanan darah 140/90 mmHg atau ke atas, diukur di kedua lengan tiga kali dalam jangka beberapa minggu.
2.2.1 Pengaturan tekanan darah
Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa cara:
1)       Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya
2)       Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga mereka tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut. Karena itu darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit daripada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. Inilah yang terjadi pada usia lanjut, dimana dinding arterinya telah menebal dan kaku karena arteriosklerosis. Dengan cara yang sama, tekanan darah juga meningkat pada saat terjadi "vasokonstriksi", yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk sementara waktu mengkerut karena perangsangan saraf atau hormon di dalam darah.
3)       Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat, sehingga tekanan darah juga meningkat.
Sebaliknya, jika: Aktivitas memompa jantung berkurang, arteri mengalami pelebaran dan banyak cairan keluar dari sirkulasi. Maka tekanan darah akan menurun atau menjadi lebih kecil. Penyesuaian terhadap faktor-faktor tersebut dilaksanakan oleh perubahan di dalam fungsi ginjal dan sistem saraf otonom (bagian dari sistem saraf yang mengatur berbagai fungsi tubuh secara otomatis).
2.2 Perubahan fungsi ginjal
Ginjal mengendalikan tekanan darah melalui beberapa cara:
1)       Jika tekanan darah meningkat, ginjal akan menambah pengeluaran garam dan air, yang akan menyebabkan berkurangnya volume darah dan mengembalikan tekanan darah ke normal.
2)       Jika tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi pembuangan garam dan air, sehingga volume darah bertambah dan tekanan darah kembali ke normal.
3)       Ginjal juga bisa meningkatkan tekanan darah dengan menghasilkan enzim yang disebut renin, yang memicu pembentukan hormon angiotensi, yang selanjutnya akan memicu pelepasan hormon aldosteron.
Ginjal merupakan organ penting dalam mengendalikan tekanan darah; karena itu berbagai penyakit dan kelainan pda ginjal bisa menyebabkan terjadinya tekanan darah tinggi. Misalnya penyempitan arteri yang menuju ke salah satu ginjal (stenosis arteri renalis) bisa menyebabkan hipertensi. Peradangan dan cedera pada salah satu atau kedua ginjal juga bisa menyebabkan naiknya tekanan darah.
2.3. Sistem saraf otonom
Sistem saraf simpatis merupakan bagian dari sistem saraf otonom, yang untuk sementara waktu akan:
1)       meningkatkan tekanan darah selama respon fight-or-flight (reaksi fisik tubuh terhadap ancaman dari luar)
2)       meningkatkan kecepatan dan kekuatan denyut jantung; juga mempersempit sebagian besar arteriola, tetapi memperlebar arteriola di daerah tertentu (misalnya otot rangka, yang memerlukan pasokan darah yang lebih banyak)
3)       mengurangi pembuangan air dan garam oleh ginjal, sehingga akan meningkatkan volume darah dalam tubuh
4)       melepaskan hormon epinefrin (adrenalin) dan norepinefrin (noradrenalin), yang merangsang jantung dan pembuluh darah.


2.4 HIPERTENSI
2.4.1 Pengertian
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. (Smeltzer,2001) .
Menurut WHO ( 1978 ), tekanan darah sama dengan atau diatas 160 / 95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi.
Secara umum seseorang dikatakan menderita hipertensi jika tekanan darah sistolik/diastoliknya melebihi 140/90 mmHg (normalnya 120/80 mmHg). Sebetulnya batas antara tekanan darah normal dan tekanan darah tinggi tidaklah jelas, sehingga klasifikasi Hipertensi dibuat berdasarkan tingkat tingginya tekanan darah yang mengakibatkan peningkatan resiko penyakit jantung dan pembuluh darah.
Menurut WHO, di dalam guidelines terakhir tahun 1999, batas tekanan darah yang masih dianggap normal adalah kurang dari 130/85 mmHg, sedangkan bila lebih dari 140/90 mmHG dinyatakan sebagai hipertensi; dan di antara nilai tersebut disebut sebagai normal-tinggi. (batasan tersebut diperuntukkan bagi individu dewasa diatas 18 tahun).
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di mana terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Penderita yang mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat diperkirakan mempunyai keadaan darah tinggi. Tekanan darah yang selalu tinggi adalah salah satu faktor resiko untuk stroke, serangan jantung, gagal jantung dan aneurisma arterial, dan merupakan penyebab utama gagal jantung kronis.


2.4.2 Klasifikasi Hipertensi
Secara klinis derajat hipertensi dapat dikelompokkan sesuai dengan rekomendasi dari “The Sixth Report of The Join National Committee, Prevention, Detection and Treatment of High Blood Pressure “ (JNC – VI, 1997) sebagai berikut :
No
Kategori
Sistolik (mmHg)
Diastolik (mmHg)
1.
Optimal
120
80
2.
Normal
120 - 129
80 – 84
3.
High Normal
130 - 139
85 – 89
4.
Hipertensi



Grade 1 (ringan)
140 – 159
90 - 99

Grade 2 (sedang)
160 – 179
100 – 109

Grade 3 (berat)
180 - 209
100 – 119

Grade
210 4 (sangat berat)
120

Kalsifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan besar yaitu :
a. Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya
b. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain.

2.4.3 Etiologi
Berdasarkan penyebabnya, Hipertensi dapat digolongkan menjadi 2 yaitu :
1)      Hipertensi esensial atau primer.
Penyebab pasti dari hipertensi esensial sampai saat ini masih belum dapat diketahui. Namun, berbagai faktor diduga turut berperan sebagai penyebab hipertensi primer, seperti bertambahnya umur, stres psikologis, dan hereditas (keturunan). Kurang lebih 90% penderita hipertensi tergolong Hipertensi primer sedangkan 10% nya tergolong hipertensi sekunder.
2)      Hipertensi sekunder.
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui, antara lain kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid (hipertiroid), penyakit kelenjar adrenal (hiperaldosteronisme), dan lain lain. Karena golongan terbesar dari penderita hipertensi adalah hipertensia esensial, maka penyelidikan dan pengobatan lebih banyak ditujukan ke penderita hipertensi esensial.
Ada beberapa hal yang bisa menyebabkan seseorang memiliki tekanan darah tinggi. Ada faktor penyebab tekanan darah tinggi yang tidak dapat Anda kendalikan. Ada juga yang dapat Anda kendalikan sehingga bisa mengatasi penyakit darah tinggi. Beberapa faktor tersebut antara lain:
1)      Keturunan
Faktor ini tidak bisa kendalikan. Jika seseorang memiliki orang-tua atau saudara yang memiliki tekanan darah tinggi, maka kemungkinan ia menderita tekanan darah tinggi lebih besar. Statistik menunjukkan bahwa masalah tekanan darah tinggi lebih tinggi pada kembar identik daripada yang kembar tidak identik. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa ada bukti gen yang diturunkan untuk masalah tekanan darah tinggi.
2)      Usia
Faktor ini tidak bisa kendalikan. Penelitian menunjukkan bahwa seraya usia seseorang bertambah, tekanan darah pun akan meningkat. Kita juga  tidak dapat mengharapkan bahwa tekanan darah saat muda akan sama ketika kita bertambah tua. Namun dapat mengendalikan agar jangan melewati batas atas yang normal.
3)      Garam
Faktor ini bisa kendalikan. Garam dapat meningkatkan tekanan darah dengan cepat pada beberapa orang, khususnya bagi penderita diabetes, penderita hipertensi ringan, orang dengan usia tua, dan mereka yang berkulit hitam.
4)      Kolesterol
Faktor ini bisa kendalikan. Kandungan lemak yang berlebih dalam darah  dapat menyebabkan timbunan kolesterol pada dinding pembuluh darah. Hal ini dapat membuat pembuluh darah menyempit dan akibatnya tekanan darah akan meningkat.
5)      Obesitas / Kegemukan
Faktor ini bisa kendalikan. Orang yang memiliki berat badan di atas 30 persen berat badan ideal, memiliki kemungkinan lebih besar menderita tekanan darah tinggi.
6)      Stres
Faktor ini bisa kendalikan. Stres dan kondisi emosi yang tidak stabil juga dapat memicu tekanan darah tinggi.
7)      Rokok
Faktor ini bisa kendalikan. Merokok juga dapat meningkatkan tekanan darah menjadi tinggi. Kebiasan merokok dapat meningkatkan risiko diabetes, serangan jantung dan stroke. Karena itu, kebiasaan merokok yang terus dilanjutkan ketika memiliki tekanan darah tinggi, merupakan kombinasi yang sangat berbahaya yang akan memicu penyakit-penyakit yang berkaitan dengan jantung dan darah.
8)      Kafein
Faktor ini bisa kendalikan. Kafein yang terdapat pada kopi, teh maupun minuman cola bisa menyebabkan peningkatan tekanan darah.
9)      Alkohol
Faktor ini bisa kendalikan. Konsumsi alkohol secara berlebihan juga menyebabkan tekanan darah tinggi.
10)  Kurang Olahraga
Faktor ini bisa kendalikan. Kurang olahraga dan bergerak bisa menyebabkan tekanan darah dalam tubuh meningkat. Olahraga teratur mampu menurunkan tekanan darah tinggi namun jangan melakukan olahraga yang berat jika menderita tekanan darah tinggi.
Sedangkan yang dapat dikontrol seperti kegemukan/obesitas, stress, kurang olahraga, merokok, serta konsumsi alkohol dan garam. Faktor lingkungan ini juga berpengaruh terhadap timbulnya hipertensi esensial. Hubungan antara stress dengan Hipertensi, diduga melalui aktivasi saraf simpatis. Saraf simpatis adalah saraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas, saraf parasimpatis adalah saraf yang bekerja pada saat kita tidak beraktivitas.
Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat meningkatkan tekanan darah secara intermitten (tidak menentu). Apabila stress berkepanjangan, dapat mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi. Walaupun hal ini belum terbukti, akan tetapi angka kejadian di masyarakat perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan dengan pengaruh stress yang dialami kelompok masyarakat yang tinggal di kota.
Berdasarkan penyelidikan, kegemukan merupakan ciri khas dari populasi Hipertensi dan dibuktikan bahwa faktor ini mempunyai kaitan yang erat dengan terjadinya Hipertensi dikemudian hari. Walaupun belum dapat dijelaskan hubungan antara obesitas dan hipertensi esensial, tetapi penyelidikan membuktikan bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi volume darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dibandingan dengan penderita yang mempunyai berat badan normal.
2.4.4 Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
a. Tidak ada gejala.
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
b. Gejala yang lazim .
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
Menurut Rokhaeni ( 2001 ), manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu : Mengeluh sakit kepala, pusing, lemas, kelelahan, sesak nafas, gelisah,mual, muntah, epistaksis, kesadaran menurun.
Selain yang disebutkan di atas, mekanisme terjadinya hipertensi gejala-gejala hipertensi antara lain  muka merah,  keluar darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa pegal, dan lain-lain. Dampak yang dapat ditimbulkan oleh hipertensi adalah kerusakan ginjal, pendarahan pada selaput bening (retina mata), pecahnya pembuluh darah di otak, serta kelumpuhan.

2.5 PEMBULUH DARAH

Keseluruhan sistem peredaran (sistem kardiovaskuler) terdiri dari arteri,arteriola, kapiler, venula dan vena.
Kapiler merupakan pembuluh darah yang halus dan berdinding sangat tipis, yang berfungsi sebagai jembatan diantara arteri (membawa darah dari jantung) dan vena (membawa darah kembali ke jantung). Kapiler memungkinkan oksigen dan zat makanan berpindah dari darah ke dalam jaringan dan memungkinkan hasil metabolisme berpindah dari jaringan ke dalam darah.
Dari kapiler, darah mengalir ke dalam venula lalu ke dalam vena, yang akan membawa darah kembali ke jantung. Vena memiliki dinding yang tipis, tetapi biasanya diameternya lebih besar daripada arteri; sehingga vena mengangkut darah dalam volume yang sama tetapi dengan kecepatan yang lebih rendah dan tidak terlalu dibawah tekanan
Ada 3 macam pembuluh darah yaitu: arteri, vena, dan kapiler (yang merupakan pembuluh darah halus).
2.5.1 Pembuluh darah arteri atau nadi .
Pembuluh darah arteri adalah pembuluh darah yang berasal dari bilik jantung yang berdinding tebal dan kaku. Pembuluh arteri yang datang dari bilik sebelah kiri dinamakan aorta yang tugasnya mengangkut oksigen untuk disebar ke seluruh tubuh. Pembuluh arteri yang asalnya dari bilik kanan disebut sebagai pembuluh pulmonalis yang betugas membawa darah yang terkontaminasi karbon dioksida dari setiap bagian tubuh menuju ke paru-paru.
Adapun ciri-ciri dari pembuluh darah arteri atau nadi adalah sebagai berikut : tempat agak ke dalam, dinding pembuluh tebal, kuat, dan elastis, aliran darah berasal dari jantung, denyut terasa, katup hanya disatu tempat dekat jantung, bila ada luka darah memancar keluar.
2.5.2 Pembuluh darah vena atau balik.
Pembuluh darah vena adalah pembuluh darah yang datang menuju serambi jantung yang bersifat tipis dan elastis. Pembuluh vena kava anterior adalah pembuluh balik yang berasal dari bagian atas tubuh. Pembuluh vena kava pulmonalis adalah pembuluh balik yang berasal dari bagian bawah tubuh.
Adapun ciri-ciri dari pembuluh darah vena atau balik adalah sebagai berikut : Dinding pembuluh tipis, tidak elastis, dekat dengan permukaan tubuh (tipis kebiru-biruan), aliran darah menuju jantung, denyut tidak terasa, katup di sepanjang pembuluh, bila ada luka darah tidak memancar.
2.5.3 Pembuluh darah kapiler.
Pembuluh darah kapiler adalah ujung yang berada di paling akhir dari pembuluh arteri. Jaringan pembuluh darah kapiler membentuk suatu anyaman rumit di mana setiap mili meter dari suatu jaringan memiliki kurang lebih sekitar 2000 kapiler.
2.6 SISTEM SIRKULASI
A. Preload
Merupakan beban awal.Preload menggambarkan tekanan miokardium pada fase akhir distolik atau sesaat sebelum kontraksiventrikel. 
Beban yang di terima ventrikel kiri saat diastole. Dimana darah masuk dari atrium kiri ke ventrikel kiri. Pada saat preload miokardium meregang.


B.  Afterload
Di fisiologi jantung,  afterload digunakan untuk mengukur tegangan yang dihasilkan oleh sebuah ruang dari jantung dalam rangka kontrak . Jika ruang tersebut tidak disebutkan, biasanya diasumsikan sebagai ventrikel kiri .
 Namun, definisi yang ketat dari "istilah" afterload berkaitan dengan sifat-sifat satu kardiomiosit . Oleh karena itu hanya relevansi langsung dalam laboratorium; di klinik tersebut, "tekanan akhir sistolik" Istilah biasanya lebih tepat, meskipun tidak setara.
Afterload juga dapat digambarkan sebagai tekanan bahwa ruang jantung tersebut harus menghasilkan untuk mengeluarkan darah dari hati dan dengan demikian merupakan konsekuensi dari tekanan aorta (untuk ventrikel kiri) dan tekanan arteri paru (untuk ventrikel kanan ), karena tekanan di ventrikel kiri dan kanan harus lebih besar daripada tekanan sistemik dan paru untuk membuka katup aorta dan katup pulmonal , masing-masing. Studi gradien tekanan yang melintasi katup aorta dan pulmonal baik didokumentasikan dengan AoV dan PV terbuka di sistol dan ditutup pada diastole .. Segala sesuatu yang lain yang diadakan sama, dengan meningkatnya afterload, curah jantung berkurang.

Afterload dapat dianggap sebagai "beban" bahwa jantung harus mengeluarkan darah melawan. Secara sederhana, afterload yang berkaitan erat dengan tekanan aorta. Lebih tepatnya, afterload berkaitan dengan stres dinding ventrikel (σ), dimana

Hubungan ini mirip dengan Hukum Laplace, yang menyatakan bahwa ketegangan dinding (T) adalah proporsional terhadap tekanan (P) kali radius (r) untuk lingkungan berdinding tipis atau silinder. Oleh karena itu, stres dinding dinding ketegangan dibagi dengan tebal dinding. Persamaan yang tepat tergantung pada geometri karena konstanta yang berbeda untuk bentuk yang berbeda, dan untuk alasan ini, hubungan di atas dinyatakan sebagai suatu proporsionalitas.
Tekanan yang menghasilkan ventrikel selama sistolik ejeksi sangat dekat dengan tekanan aorta, kecuali stenosis aorta hadir. Pada tekanan yang diberikan, dinding stres dan oleh karena itu afterload yang meningkat dengan peningkatan di dalam radius ventrikel (dilatasi ventrikel). Sebuah ventrikel hipertrofi (dinding menebal) mengurangi stres dinding dan afterload. Hipertrofi dapat dianggap sebagai mekanisme yang memungkinkan serat otot lebih (sebenarnya, unit sarcomere ) untuk berbagi dalam ketegangan dinding yang ditentukan pada tekanan memberi dan radius. Semakin tebal dinding, ketegangan kurang berpengalaman oleh masing-masing unit sarcomere.

Afterload yang meningkat ketika tekanan aorta dan resistensi pembuluh darah sistemik meningkat, dengan stenosis katup aorta , dan dilatasi ventrikel. Ketika meningkat afterload, ada peningkatan volume akhir-sistolik dan penurunan stroke volume.

Afterload per se tidak mengubah preload, namun perubahan preload sekunder terhadap perubahan afterload. Seperti ditunjukkan dalam Gambar 1, peningkatan afterload tidak hanya mengurangi volume stroke, tapi juga meningkatkan tekanan kiri akhir diastolic ventricular (LVEDP) (yaitu, meningkatkan preload ). Hal ini terjadi karena peningkatan volume akhir sistolik-ditambahkan ke vena kembali ke ventrikel dan ini volume akhir diastolik meningkat. Peningkatan preload mengaktifkan mekanisme Frank-Starling sebagian untuk mengkompensasi penurunan stroke volume yang disebabkan oleh peningkatan afterload.
Interaksi antara afterload dan preload digunakan dalam pengobatan gagal jantung , di mana obat vasodilator digunakan untuk meningkatkan volume stroke dengan menurunkan afterload, dan pada saat yang sama, mengurangi preload ventrikel. Ini dapat digambarkan dengan melihat perubahan volume ventrikel bagaimana di tanggapan terhadap penurunan tekanan arteri (afterload) seperti ditunjukkan pada Gambar 2. Ketika tekanan arteri berkurang, ventrikel bisa mengeluarkan darah lebih cepat, yang meningkatkan stroke volume dan dengan demikian mengurangi volume akhir-sistolik. Karena darah kurang tetap di ventrikel setelah sistol, ventrikel tidak akan mengisi dengan volume akhir diastolik yang sama ditemukan sebelum pengurangan afterload. Oleh karena itu, dalam arti, maka-volume akhir diastolik (preload) adalah "ditarik sepanjang" dan berkurang volume sistolik menurun-end. Stroke volume meningkat secara keseluruhan karena pengurangan volume akhir-diastolik kurang dari pengurangan-systolic volume akhir.
Pengaruh afterload pada volume akhir sistolik dan akhir diastolik ventrikel dapat digambarkan dengan menggunakan loop tekanan-volume. Jika afterload ditingkatkan dengan meningkatkan tekanan diastolik aorta, ventrikel harus menghasilkan peningkatan tekanan sebelum katup aorta terbuka. Kecepatan ejeksi setelah klep terbuka berkurang karena peningkatan afterload mengurangi kecepatan dari serat jantung pemendekan seperti yang dijelaskan oleh hubungan kekuatan-kecepatan . Karena hanya ada jangka waktu terbatas untuk dan mekanik sistol listrik, kurang darah dikeluarkan (penurunan volume stroke), yang meningkatkan volume akhir sistolik ventricular seperti yang ditunjukkan di volume-loop tekanan. Karena-volume akhir sistolik meningkat, ini darah ekstra dalam ventrikel ditambahkan ke kembali vena, yang meningkatkan volume akhir-diastolik. Biasanya, dalam keadaan akhir-mantap (setelah beberapa ketukan), kenaikan-systolic volume akhir lebih besar dari peningkatan volume akhir-diastolik sehingga perbedaan antara keduanya, volume stroke, merupakan penurunan (yaitu, lebarnya dari loop tekanan-volume menurun).
2.7 TEKANAN DARAH (Sistolik dan Diastolik)
Sistolik adalah tekanan darah pada saat jantung memompa darah ke dalam pembuluh nadi (saat jantung mengkerut).
Diastolik adalah tekanan darah pada saat jantung mengembang dan menyedot darah kembali (pembuluh nadi mengempis kosong).

2.8 PATOFISIOLOGI  HIPERTENSI
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup) mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer, 2001).

Sumber  :  http://nurseschwester.blogspot.com/2012/12/sistem-kardiovaskuler-hipertensi.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar