BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penuaan adalah sebuah proses yang
pasti dialami semua orang,hal ini berarti perubahan pada fisiologi dan anatomi
jantung juga akan terjadi pada semua orang. Dengan bertambahnya usia,
wajar saja bila kondisi dan
fungsi tubuh pun makin menurun. Usia lanjut adalah usia yang sangat rentan
terhadap berbagai penyakit. Pada umumnya yang mendasari penyakit disaat
lanjut usia adalah akibat dari sisa penyakit yang pernah diderita di usia muda,
penyakit karena akibat kebiasaan dimasa lalu (seperti: merokok, minum alkohol
dan sebagainya) dan juga penyakit tertentu yang mudah sekali menyerang saat
usia lanjut. Tak heran bila pada usia lanjut,semakin banyak keluhan yang
dilontarkan karena tubuh tak lagi mau bekerja sama dengan baik seperti kala
muda dulu.
Penyakit jantung pada lansia
mempunyai penyebab yang multifaktorial yang saling tumpang tindih. Untuk
itu kita harus terlebih dahulu memahami mengenai konsep faktor risiko dan
penyakit degeneratif. Faktor risiko adalah suatu kebiasaan,kelainan dan
faktor lain yang bila ditemukan/dimiliki seseorang akan menyebabkan orang
tersebut secara bermakna lebih berpeluang menderita penyakit degeneratif
tertentu. Penyakit degeneratif adalah suatu penyakit yang mempunyai
penyebab dan selalu berhubungan dengan satu faktor risiko atau lebih,di mana
faktor-faktor risiko tersebut bekerja sama menimbulkan penyakit degeneratif
itu. Penyakit degeneratif itu sendiri dapat menjadi faktor resiko untuk
penyakit degeneratif lain. Misalnya: penyakit jantung dan hipertensi merupakan
faktor resiko stroke.
Inilah yang menyebabkan pembahasan
mengenai penyakit jantung pada lansia dapat berkembang sangat luas,yaitu karena
adanya keterkaitan yang sangat erat antara penyakit yang satu dengan penyakit
yang lain.
Berdasarkan data yang didapat dari
penelitian di USA pada tahun 2001,penyakit jantung yang sering ditemukan adalah
Penyakit Jantung Koroner 13%,Infark Miokard Akut 8%, Kelainan Katup
4%,Gagal Jantung 2%,Penyakit Jantung Hipertensif dan Hipertensi 1%.
B. Rumusan Masalah
1. Apa defenisi penyakit jantung
pada usia lanjut ?
2. Apa perubahan anatomis yang
terjadi pada jantung di usia lanjut ?
3. Apa perubahan fisiologis yang
terjadi pada jantung di usia lanjut ?
4. Apa perubahan patologi anatomis
yang terjadi pada jantung di usia lanjut ?
5. Bagaimana tanda dan gejala
penyakit jantung di usia lanjut ?
6. Berapa jenis penyakit jantung
pada usia lanjut ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui defenisi
penyakit jantung pada usia lanjut
2. Untuk mengetahui perubahan
anatomis yang terjadi pada jantung di usia lanjut
3. Untuk mengetahui perubahan
fisiologis yang terjadi pada jantung di usia lanjut
4. Untuk mengetahui perubahan
patologi anatomis yang terjadi pada jantung di usia lanjut
5. Untuk mengetahui tanda dan gejala
penyakit jantung di usia lanjut
6. Untuk mengetahui jenis penyakit
jantung pada usia lanjut
D. Manfaat
Sebagai sumber ilmu dalam menerapkan
asuhan keperawatan penyakit jantung pada lansia.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Konsep Medis
1. Defenisi
Merupakan penyebab kematian terbesar
pada usia 65 tahun ke atas di seluruh dunia. Pada lansia penyakit ini merupakan
salah satu penyakit yang banyak ditemui, malah mungkin yang terbanyak diderita.
2. Perubahan Anatomis
Penebalan dinding ventrikel kiri
jantung kerap terjadi,meski tekanan darah relatif normal. Begitupun fibrosis
dan kalsifikasi katup jantung terutama pada anulus mitral dan katup aorta.
Selain itu terdapat pengurangan jumlah sel pada nodus sinoatrial (SA Node) yang
menyebabkan hantaran listrik jantung mengalami gangguan. Hanya sekitar 10% sel
yang tersisa ketika manusia berusia 75 tahun ketimbang jumlahnya pada usia 20
tahun lalu. Bisa dibayangkan,bagaimana terganggunya kerja jantung,apalagi jika
disertai penyakit jantung lain,seperti penyakit jantung koroner. Sementara
itu,pada pembuluh darah terjadi kekakuan arteri sentral dan perifer akibat
proliferasi kolagen,hipertrofi otot polos,kalsifikasi,serta kehilangan jaringan
elastik. Meski seringkali terdapat aterosklerosis pada manula,secara normal
pembuluh darah akan mengalami penurunan debit aliran akibat peningkatan situs
deposisi lipid pada endotel. Lebih jauh,terdapat pula perubahan arteri koroner
difus yang pada awalnya terjadi di arteri koroner kiri ketika muda,kemudian
berlanjut pada arteri koroner kanan dan posterior di atas usia 60 tahun.
3. Perubahan Fisiologis
Perubahan fisiologis yang paling
umum terjadi seiring bertambahnya usia adalah perubahan pada fungsi
sistol ventrikel. Sebagai pemompa utama aliran darah sistemik manusia,perubahan
sistol ventrikel akan sangat mempengaruhi keadaan umum pasien. Parameter utama
yang terlihat ialah detak jantung,preload dan afterload,performa otot
jantung,serta regulasi neurohormonal kardiovaskular.
Oleh karenanya,orang-orang tua
menjadi mudah deg-degan. Akibat terlalu sensitif terhadap respon tersebut,isi
sekuncup menjadi bertambah menurut kurva Frank-Starling. Efeknya,volume akhir
diastolik menjadi bertambah dan menyebabkan kerja jantung yang terlalu berat
dan lemah jantung. Awalnya,efek ini diduga terjadi akibat efek blokade reseptor
β-adrenergik,namun setelah diberi β-agonis ternyata tidak memberikan perbaikan
efek.
Di lain sisi, terjadi perubahan
kerja diastolik terutama pada pengisian awal diastol lantaran otot-otot jantung
sudah mengalami penurunan kerja. Secara otomatis,akibat kurangnya kerja otot
atrium untuk melakukan pengisian diastolik awal,akan terjadi pula fibrilasi
atrium,sebagaimana sangat sering dikeluhkan para lansia. Masih berhubungan
dengan diastol,akibat ketidakmampuan kontraksi atrium secara optimal,akan
terjadi penurunan komplians ventrikel ketika menerima darah yang dapat
menyebabkan peningkatan tekanan diastolik ventrikel ketika istirahat dan
exercise. Hasilnya, akan terjadi edema paru dan kongesti sistemik vena yang
sering menjadi gejala klinis utama pasien lansia. Secara umum,yang sering
terjadi dan memberikan efek nyata secara klinis ialah gangguan fungsi diastol.
Pemeriksaan EKG perlu dilakukan
untuk melihat adanya penyakit jantung koroner,gangguan konduksi dan irama
jantung,serta hipertrofi bagian-bagian jantung. Beberapa macam aritmia yang
sering ditemui pada lansia berupa ventricular extrasystole (VES),
supraventricular extrasystole (SVES),atrial flutter/fibrilation,bradycardia
sinus,sinus block,A-V junctional. Gambaran EKG pada lansia yang tidak memiliki
kelainan jantung biasanya hanya akan menunjukkan perubahan segmen ST dan T yang
tidak khas. Untuk menegakkan diagnosis,perlu dilakukan ekokardiografi
sebagaimana prosedur standar bagi para penderita penyakit jantung lainnya.
4. Perubahan Patologi Anatomis
Perubahan-perubahan patologi
anatomis pada jantung degeneratif umumnya berupa degeneratif dan atrofi.
Perubahan ini dapat mengenai semua lapisan jantung terutama
endokard,miokard,dan pembuluh darah. Umumnya perubahan patologi anatomis
merupakan perubahan mendasar yang menyebabkan perubahan makroskopis,meskipun
tidak berhubungan langsung dengan fisiologis.
Seperti halnya di organ-organ
lain,akan terjadi akumulasi pigmen lipofuksin di dalam sel-sel otot jantung
sehingga otot berwarna coklat dan disebut brown atrophy. Begitu juga terjadi
degenerasi amiloid alias amiloidosis,biasa disebut senile cardiac amiloidosis.
Perubahan demikian yang cukup luas dan akan dapat mengganggu faal pompa
jantung.
Terdapat pula kalsifikasi pada
tempat-tempat tertentu,terutama mengenai lapisan dalam jantung dan aorta.
Kalsifikasi ini secara umum mengakibatkan gangguan aliran darah sentral dan
perifer. Ditambah lagi dengan adanya aterosklerosis pada dinding pembuluh darah
besar dan degenerasi mukoid terutama mengenai daun katup jantung,menyebabkan
seringnya terjadi kelainan aliran jantung dan pembuluh darah.
Akibat perubahan anatomis pada
otot-otot dan katup-katup jantung menyebabkan pertambahan sel-sel jaringan ikat
(fibrosis) menggantikan sel yang mengalami degenerasi, terutama mengenai
lapisan endokard termasuk daun katup. Tidak heran,akibat berbagai
perubahan-perubahan mikroskopis seperti tersebut di atas,keseluruhan kerja
jantung menjadi rusak.
5. Tanda dan Gejala Penyakit Jantung
pada Lanjut Usia
Nyeri pada daerah prekordial dan
sesak napas seringkali dirasakan pada penderita penyakit jantung di usia
lanjut. Rasa cepat lelah yang berlebihan seringkali ditemukan sebagai dampak
dari sesak napas yang biasanya terjadi di tengah malam. Gejala lainnya adalah
kebingungan,muntah-muntah dan nyeri pada perut karena pengaruh dari bendungan
hepar atau keluhan insomnia.
Bising sistolik banyak dijumpai pada
penderita lanjut usia,sekitar 60% dari jumlah penderita. Dalam penemuan lain
juga dilaporkan bahwa bising sistolik tanpa keluhan ditemukan pada 26%
penderita yang berusia 65 tahun keatas.
Pada jantung dapat dijumpai kekakuan
pada arteria koroner,cincin katup mitral,katup aorta,miokardium dan
perikardium. Kelainan-kelainan tersebut selalu merupakan keadaan yang abnormal.
6. Jenis Penyakit Jantung pada
Lanjut Usia
a. Penyakit Jantung Koroner Dan
Infark Miokard
Akibat yang besar dari penyakit
jantung koroner adalah kehilangan oksigen dan makanan ke jantung karena aliran
darah ke jantung melalui arteri koroner berkurang. PJK adalah manifestasi umum
dari keadaaan pembuluh darah yang mengalami pengerasan dan penebalan
dinding,disebut juga aterosklerosis. Tapi selain itu stenosis
aorta,kardiomiopati hipertrofi dan kelainan arteri koronaria kongenital juga
dapat menyebabkan PJK.
Faktor risiko PJK antaralain
hipertensi sistolik,dislipidemia,intoleransi glukosa dan fibrinogen,obesitas
dan kurang bergerak.
b. Gagal Jantung
Gagal jantung adalah merupakan suatu
sindrom, bukan diagnosa penyakit. Sindrom gagal jantung kongestif
(Chronic Heart Failure/ CHF) juga mempunyai prevalensi yang cukup tinggi pada
lansia dengan prognosis yang buruk. Prevalensi CHF adalah tergantung umur
atau age-dependent. Menurut penelitian,gagal jantung jarang pada usia di bawah
45 tahun,tapi menanjak tajam pada usia 75 – 84 tahun.
CHF terjadi ketika jantung tidak
lagi kuat untuk memompa darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
jaringan.
Penyebab yang sering adalah
menurunnya kontraktilitas miokard akibat Penyakit Jantung Koroner,
Kardiomiopati, beban kerja jantung yang meningkat seperti pada penyakit
stenosis aorta atau hipertensi, Kelainan katup seperti regurfitasi mitral.
Selain itu ada pula faktor
presipitasi lain yang dapat memicu terjadinya gagal jantung,yaitu kelebihan Na
dalam makanan,kelebihan intake cairan,tidak patuh minum obat,aritmia,
flutter,aritmia,obat-obatan,sepsis,hiper/hipotiroid,anemia,gagal
ginjal,defisiensi vitamin B,emboli paru.
c. Kelainan Katup
Bising sistolik dapat ditemukan pada
sekitar 60% lansia, dan ini jarang sekali diakibatkan oleh kelainan katup yang
parah. Pada katup aorta, stenosis akibat kalsifikasi lebih sering
ditemukan daripada regurgitasi aorta. Tapi pada katup mitral, regurgitasi
sangat sering dijumpai dan lebih banyak terdapat pada wanita daripada pria.
Pada lansia sering terdapat bising
sistolik yang tidak mempunyai arti klinis yang berarti. Tapi harus hati-hati
membedakan fisiologis dengan yang patologis. Bising patologis menandakan
adanya kelainan katup yang berat, yang bila tidak ditangani dengan benar akan
mengakibatkan hipertrofi ventrikel dan pada akhirnya berakhir dengan gagal
jantung.
Stenosis katup aorta etiologinya
adalah akibat kalsifikasi/degeneratif. Stenosis aorta akan berakibat pada
pembesaran ventrikel kiri. Dapat terjadi tanpa disertai gejala selama beberapa
tahun. Tapi pada akhirnya kondisi ini akan berakhir dengan kerusakan ventrikel
permanen yang akhirnya mengakibatkan komplikasi-komplikasi seperti pulmonary
vascular congestion (dengan sesak nafas), aritmia ventrikel dan heart
block.
Sedangkan kelainan pada katup mitral
juga dapat mengakibatkan terjadinya Atrial fibrillation dan gagal
jantung.
d. Hipertensi Dan Penyakit Jantung
Hipertensif
Semakin tua,tekanan darah akan
bertambah tinggi. Prevalensi hipertensi pada orang-orang lanjut usia
adalah sebesar 30-65%.
Hipertensi pada lansia sangat
penting untuk diketahui karena patogenesis, perjalanan penyakit dan
penatalaksanaannya tidak seluruhnya sama dengan hipertensi pada usia dewasa
muda. Pada pasien lansia, aspek diagnostik yang dilakukan harus lebih
mengarah kepada hipertensi dan komplikasinya serta terhadap pengenalan berbagai
penyakit komorbid pada orang itu karena penyakit komorbid sangat erat kaitannya
dengan penatalaksanaan keseluruhan.
Seperti penyakit degeneratif pada
lanjut usia lainnya,hipertensi sering tidak memberikan gejala apapun atau
gejala yang timbul tersamar (insidious) atau tersembunyi (occult).
Peningkatan tekanan darah sering
merupakan satu-satunya tanda klinis hipertensi yang esensial, sehingga
diperlukan pengukuran tekanan darah secara akurat.
7. Pencegahan Penyakit Jantung pada
Lanjut Usia
a. Pencegahan Primer
Pencegahan primer adalah berbagai
upaya yang dilakukan untuk menghindari atau menunda munculnya penyakit atau
gangguan kesehatan. Pencegahan primer penyakit jantung yang dapat dilakukan
antara lain :
1) Stop merokok
2) Turunkan kolesterol
3) Obati tekanan darah tinggi
4) Latihan jasmani
5) Pelihara berat badan ideal
6) Konsumsi aspirin dosis rendah
untuk pencegahan
7) Kelola dan kurangi stres.
b. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah berbagai
upaya yang dilakukan untuk deteksi dini adanya penyakit atau gangguan kesehatan
agar dapat dilakukan tatalaksana sedini mungkin pula. Pencegahan sekunder yang
dapat dilakukan :
1) Pemeriksaan kolesterol tiap 3-5
tahun.
2) Pemeriksaan elektrokardiogram
(EKG)
3) Pemeriksaan tekanan darah setiap
3 tahun sebelum usia 40 tahun dan setiap tahun setelah berusia 40 tahun.
c. Pencegahan Tersier
Pengelolaan penyakit atau gangguan
kesehatan secara seksama harus dilakukan. Diperlukan kerjasama yang baik antara
tenaga kesehatan dan pasien serta keluarganya agar penyakit atau gangguan
kesehatan yang diderita pasien dapat terkelola dan terkendali dengan baik.
Untuk itu amat dibutuhkan kepatuhan pasien dalam mengontrol penyakit-penyakit
yang diderita agar tidak timbul komplikasi atau penyulit.
Pada umumnya berbagai penyakit
kronik degeneratif memerlukan kedisiplinan dan ketekunan dalam diet atau
latihan jasmani, demikian pula di dalam pengobatan yang umumnya membutuhkan
waktu bertahun-tahun bahkan bisa seumur hidup.
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Riwayat keperawatan dan
kesehatan
1) Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan digunakan untuk
mengumpulkan data tentang kebiasaan-kebiasaan pasien yang mencerminkan refleksi
perubahan dan sirkulasi oksigen. Perawat harus dapat mengidentifikasi
nyeri pada pasien. Perawat juga harus menentukan integrasi neurovascular dan
mengetahui dengan pasti jika klien mengalami panas,mati rasa atau perasaan
geli. Perawat perlu mengkaji status pernapasan klien. Perawat perlu juga
mengetahui tentang diet pasien karena erat kaitannya dengan status
kardiovascular pasien.
2) Riwayat perkembangan
Struktur sistem cardiovascular
berubah sesuai usia individu. Perawat harus memahami efek perkembangan fisik
pada denyut jantung,produksi zat tertentu dalam darah dan tekanan darah, untuk
menginterpretasikan parameter tersebut dikaitkan dengan usia pasien.
3) Riwayat sosial
Perawat dapat mengumpulkan tentang
cara hidup pasien,latar belakang pendidikan,sumber-sumber ekonomi,agama dan
etnik pada pasien kardiovascular.
4) Riwayat psikologis
Perawat mengidentifikasi stress
maupun sumber-sumber coping.
b. Pengkajian fisik
Pengkajian fisik sistem
kardiovaskuler meliputi pemeriksaan jantung dan pembuluh darah melalui
keterampilan inspeksi,palpasi,perkusi dan auskultasi.
2. Diagnosa dan Intervensi
Diagnosis keperawatan : Intoleransi
Aktivitas
Berhubungan dengan : Tirah baring
atau immobilisasi.
Kelemahan umum.
Ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen.
Ditandai dengan : Mengungkapkan
dengan verbal tentang keletihan atau kelemahan.
Frekuensi nadi
dan tekanan darah abnormal sebagai respon terhadap
aktivitas.
Rasa tidak nyaman saat
beraktivitas atau dispneu
Perubahan EKG mencerminkan
iskemia dan aritmia
Kriterria hasil : Berpartisipasi
dalam aktivitas yang diinginkan atau diperlukan.
Melaporkan peningkatan dalam toleransi
aktivitas yang dapat diukur.
Menunjukan penurunan dalam tanda
toleransi fisiologi.
Menggunakan dukungan sosial untuk
mempertahankan pola hidup yang
diinginkan.
Mengintegrasikan latihan yang diharuskan ke
dalam ADL.
Tindakan keperawatan :
Tindakan/Intervensi Rasional
Mandiri Mandiri
1 Bantu klien mengidentifikasi
faktor yang meningkatkan atau menurunkan toleransi aktifitas. Pengkajian akurat
terhadap faktor yang meningkatkan atau menurunkan toleransi aktivitas
memberikan dasar untuk membuat rencana perawatan.
2 Kembangkan aktivitas klien dalam
program latihan. Program latihan fisik mempunyai efek menguntungkan pada kerja
jantung.
3 Ajarkan klien menggunakan daftar
latihan untuk mencatat aktivitas latihan dan responnya (seperti nadi,bernapas
dangkal,cemas). Membuat daftar harian dapat meningkatkan kemampuan.
4 Kaji respon fisiologi terhadap
aktivitas, observasi frekuensi nadi >20 X/i di atas frekuensi istirahat.
Peningkatan tekanan darah selama/sesudah aktivitas(sistol meningkat 40 mmHg
atau diastolik meningkat 20 mmHg),dispneu/nyeri dada, keletihan,kelemahan
berlebihan,pusing atau pingsan.
Menyebutkan parameter membantu dalam mengkaji respon fisiologi terhadap
stress aktivitas,dan bila ada merupakan indicator dari kelebihan kerja yang
berkaitan dengan tingkat aktivitas.
5 Ajarkan tentang rasa takut/cemas
berhubungan dengan intoleransi aktivitas. Rasa takut/cemas dapat meningkatkan
intoleransi aktivitas.
6 Ajarkan strategi koping kognitif
(seperti pembandingan,relaksasi,pengendalian bernapas). Respon emosional terhadap intoleransi
aktivitas dapat ditangani dengan menggunakan strategi koping kognitif.
7 Ajarkan keluarga untuk membantu
klien melakukan aktivitas. Dukungan sosial meningkatkan pelaksanaan aktivitas.
8 Kolaborasi dengan klien/keluarga
untuk menetapkan rencana ADL yang konsisten dengan pola hidup. Mencapai dan
mempertahankan pola hidup produktif sesuai kemampuan jantung dalam berespon
terhadap peningkatan aktivitas dan stress.
9 Berikan dukungan melakukan
aktivitas atau perawatan diri bertahap. Berikan bantuan sesuai kebutuhan.
Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan kerja jantung tiba-tiba.
Membantu sebatas kebutuhan mendorong kemandirian dalam beraktifitas.
10 Beri semangat klien untuk mencari
bantuan dalam mempertahankan aktivitas. Dukungan sosial meningkatkan
penyembuhan dan mempertahankan pola hidup yang diharapkan.
Diagnosis keperawatan : Kurang
pengetahuan mengenai kondisi,rencana pengobatan.
Berhubungan dengan : Kurang
pengetahuan/daya ingat
Keterbatasan
kognitif.
Menyangkal diagnosis.
Ditandai dengan : Menyatakan masalah
Meminta informasi
Perilaku tidak tepat,misal bermusuhan,agitasi,apatis.
Kriteria hasil : Menyatakan
pemahaman tentang proses penyakit dan regimen
pengobatan.
Mempertahankan tekanan darah.
Tindakan keperawatan :
Tindakan/Intervensi Rasional
Mandiri Mandiri
1. Kaji kesiapan dan hambatan dalam
belajar, termasuk keluarga. Kesalahan
konsep dan menyangkal diagnosis mempengaruhi minat untuk mempelajari
penyakit,prognosis.
2. Bantu klien dalam
mengidentifikasi faktor risiko kardiovaskular yang dapat diubah, misal
obesitas,diet tinggi lemak jenuh dan kolesterol,merokok,minum alkohol serta
pola hidup penuh stres. Faktor risiko menunjukan hubungan dalam menunjang
penyakit kardiovaskular.
3. Atasi masalah bersama klien
dengan mengidentifikasi cara gaya hidup yang tepat dapat dibuat untuk
mengurangi factor risiko kardiovaskular. Faktor risiko meningkatkan proses
penyakit. Dengan mengubah perilaku,dukungan,petunjuk dan empati dapat
meningkatkan keberhasilan klien.
4. Bahas pentingnya menghentikan
menghentikan merokok dan bantu klien dalam membuat rencana berhenti merokok.
Nikotin meningkatkan pelepasan katekolamin; mengakibatkan peningkatan frekuensi
jantung, tekanan darah dan vasokonstriksi; mengurangi oksigen jaringan; serta
meningkatkan beban kerja miokardium.
5. Beri penguatan pentingnya kerja
sama dalam regimen pengobatan Kerja sama meningkatkan keberhasilan terapi.
6. Jelaskan tentang obat
(rasional,dosis dan efek samping). Informasi adekuat dan pemahaman tentang obat
meningkatkan kerja sama pengobatan.
7. Hindari minuman yang mengandung
kafein Kafein adalah stimulant jantung dan merugikan fungsi jantung.
Diagnosis : Nyeri berhubungan dengan
kurangnya suplai oksigen pada jaringan
Intervensi :
1. Monitor dan kaji karakteristik
dan lokasi nyeri.
2. Monitor tanda-tanda vital
(tekanan darah, nadi, respirasi, kesadaran).
3. Anjurkan pada pasien agar segera
melaporkan bila terjadi nyeri dada.
4. Ciptakan suasana lingkungan yang
tenang dan nyaman.
5. Ajarkan dan anjurkan pada pasien
untuk melakukan tehnik relaksasi.
6. Kolaborasi dalam: Pemberian
oksigen dan obat-obatan (beta blocker, anti angina, analgesik)
7. Ukur tanda vital sebelum dan
sesudah dilakukan pengobatan
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Penyakit jantung pada lansia
mempunyai penyebab yang multifaktorial yang saling tumpang tindih.
Penyakit degeneratif adalah suatu
penyakit yang mempunyai penyebab dan selalu berhubungan dengan satu faktor
resiko atau lebih, di mana faktor-faktor resiko tersebut bekerja sama
menimbulkan penyakit degeneratif itu.
PJK merupakan penyakit yang paling
sering ditemukan pada lansia. Penyakit jantung koroner (PJK) bertanggung
jawab untuk morbiditas dan mortalitas yang signifikan pada pasien usia lanjut
(yaitu, 65 tahun dan lebih tua).
Gagal jantung adalah sindrom klinis
(sekumpulan tanda dan gejala),ditandai oleh sesak napas dan fatik (saat
istirahat atau saat aktifitas) yang disebabkan oleh kelainan struktur atau
fungsi jantung.
Merokok tembakau memiliki efek
merusak pada sistem kardiovaskular, mewujudkan peningkatan kejadian
infark miokard (MI),stroke dan kematian.
B. SARAN
Mengingat betapa pentingnya
kesehatan bagi lansia,maka disarankan agar para tenaga kesehatan memberikan
asuhan keperawatan yang tepat dan sesuaikepada lansia agar angka harapan hidup
lansiameningkat.
DAFTAR
PUSTAKA
http://www.majalah-farmacia.com/rubrik/one_news.asp?IDNews=150
http://majalahkasih.pantiwilasa.com/index.php?option=com_content&task=view&id=62&Itemid=74
http://www.smallcrab.com/jantung/455-penyakit-jantung-yang-sering-terdapat-pada-lansia
Kushariyadi,2010.Asuhan Keperawatan
Klien Lanjut Usia.Jakarta : Salemba Medika
Pusat pendidikan tenaga kesehatan
departemen kesehatan,1993.Proses Keperawatan Pada
Pasien Dengan Gangguan sIstem
Kardiovaskuler.Jakarta: EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar